SEJARAH PERKEMBANGAN ROMAWI KUNO

4 05 2020

Kota, sebentuk kehadiran realitas sosial merupakan hal yang tidak mungkin lagi terseleksi dalam neraca perkembangan zaman. Kota adalah sebuah teritori yang pengertiannya terus berubah sejalan dengan dinamika kota itu sendiri. Kota tidak hanya mengemukakan wilayah goegrafis tertentu (place), tetapi juga seperangkat kegiatan (work), dan dinamika penduduk (folk) yang terus bergerak. Cara mengetahui sejarah atau asal usul kota tersebut dengan menemukan elemen penanda atau atribut penanda dari kota tersebut. Kota berasal dari turunan studi perencanaan kota (urban planning) menjadi perancangan kota (urban design). Urban planning yaitu suatu kajian yang mengarah pada penataan ruang yang dekat hubungannya dengan kewilayahan lalu bermuara pada tata guna lahan dengan mengadaptasi setiap lekuk tata ruang perkotaan, sedangkan pada urban design, kota lebih berdimensi fisik dan lebih dekat dengan dinamika arsitektural dengan menekankan pada keindahan dan kenyamanan ruang-ruang perkotaan. Benang merah kehadiran perkotaan tidak terlepas dari gesekan-gesekan spasial. Dalam sejarah, selalu saja ada yang ditelikung dan didominasi, digusur dan dikonversi demi terbentuknya sistem perkotaan yang seragam. Termasuk bagaimana lahan-lahan pertanian dikonversikan fungsinya menjadi kemegahan kota yang lebih strategis secara ekonomis. Industrialisasi tampak mewah bagi pertanian yang lengang dan terpojok. Desa-desa mengungsikan penduduknya secara tak sadar ke kota. Menggadaikan sawah untuk menjadi tenaga kerja di kota. Menjadi bagian kecil dari seluruh sistem perkotaan, sistem industri. Akan tetapi, seperti pernah dituturkan James C. Scott, selalu ada perlawanan sederhana, walaupun pada kenyataannya pembangunan kota terus berjalan.

Pada zaman pertengahan, ruang-ruang kota didominasi oleh gereja dan kastil bangsawan. Plaza disamping halaman gereja juga berfungsi sebagai market place. Ruang terbuka, jalan dan plaza dibangun terintegrasi dengan bangunan di sekelilingnya. Kota yang berkembang secara tidak terencana biasanya terjadi karena proses konurbasi dari suatu kebudayaan, seperti  Forum (Romawi). Kota ini berkembang pada tempat yang strategis, misalnya di sekitar pelabuhan, tempat usaha, tempat peribadatan, atau pusat kegiatan lainnya. Tumbuhnya kota akibat kebudayaan biasanya dicirikan dengan tumbuhnya pusat jasa sebagai urat nadi perekonomian penyokong kegiatan kota tersebut. Pusat jasa yang berkembang melahirkan suatu pusat komunikasi berupa fasilitas publik, seperti ruang publik maupun gedung publik.

ROMAWI

Peradaban Romawi seringkali dikelompokan sebagai “klasik antik” bersama dengan Yunani kuno, sebuah peradaban yang menginspirasikan banyak budaya Romawi Kuno. Romawi Kuno menyumbangkan banyak kepada pengembangan hukum, perang, seni, literatur, arsitektur, dan bahasa dalam dunia Barat, dan sejarahnya terus memiliki pengaruh besar dalam dunia sekarang ini. Bangsa Romawi yang semula petani, setelah mengalahkan penguasa Etruskia kemudian menjadi bangsa penguasa besar dengan manaklukan wilayah yang luas sampai ke Laut Tengah. Bangsa yang semula petani ini kemudian menjadi masyarakat kapitalis dan materialis. Selain sebagai bangsa yang suka dengan perang bangsa Romawi juga mengumpulkan kekayaan sebagai modal usaha. Mereka membali ladang-ladang dan kemudian penggarapannya dilakukan oleh para budak yang didatangkan dari daerah-daerah jajahan.

Bangsa Romawi berasal dari masyarakat Agrikultur militer yaitu bangsa/kaum petani yang suka berperang dan berekspansi ke sekitar Laut Tengah, Eropa Utara dan Barat serta sebagian Asia dan Afrika. Bangsa ini berasal dan berbagai macam suku bangsa yang mendiami suatu wilayah. Kebudayaan Romawi berawal dan seni Eropa Barat yang diambil secara komprehensif. Mula-mula dianggap tahap dekadensi periode setelah Yunani pada bidang seni, namun secara total menyerap nilai seni yang sudah ada dari kebudayaan tersebut dan nilai-nilai yang terkandung ternyata sudah tidak asli dan bermutu rendah, sehingga Bangsa Romawi bisa dianggap sebagai penyebar dan pelestari peninggalan kebudayaan klasik, jadi dapat dikatakan sebagai Asimilator (menyatukan hasil karya orang lain) dan bukan Kreator.

 Kekaisaran Romawi mempunyai wilayah kekuasaan yang menyebar dan berkembang (ekspansif) di sekitar daratan Spanyol, Armenia, Inggris hingga Mesir. Dengan demikian masing-masing daerah tersebut diperlukan suatu coordinator wilayah kekuasaannya (Teritorial). Akibat luasnya daerah kekuasaan, bangsa Romawi mencetuskan kebudayaannya menjadi Internasionalisme Budaya (Cultur lnternationalism). Perbedaan-perbedaan gaya kekuasaan teritorialnya disatukan dalam satu gaya kepemimpinan yang dinamakan Gaya Imperial. Kerajaan Romawi merupakan suatu negara yang digolongkan sebagai “statesmanship” yaitu bangsa yang memiliki kemampuan sebagai negarawan (dengan kekuasaan yang bertumpu pada kekaisaran), atau Imperium Romanium.

Kondisi Masyarakat

Sejak dari raja-raja Etruscan pada tahun 500 SM hingga raja Julius Caesar pada tahun 100 SM bangsa Romawi tidak pemah mengalami masa Demokrasi seperti bangsa Yunani. Sehingga bangsa ini akan menerima segala keputusan/gagasan dari seorang pernimpin yang paling berkuasa dan tertinggi seperti  Dewa. Tugas bagi para pemimpin yang harus diemban adalah menaklukkan daerah-daerah perluasan sekiranya daerah tersebut mempunyai penguasa. Konsep kepemimpinan ini menjadi konsep dasar hukum bagi sistem kepemimpinan kekaisaran Romawi. Kekaisaran Romawi merupakan kumpulan ’koloni dan beberapa suku bangsa di sekitarnya diantaranya meliputi :

  • Etruska, datang dari bagian utara Mesopotamia, golongan Agraris dan Militeristik, konsep ke-Tuhanan bersifat Antropomorfik (Konsep Ketuhanan yang berupaya mempersonifikasikan sifat kekuasaan Tuhan sebagai manusia Dewa). Dalam bidang arsitektur bangsa ini sudah mengenal konsep konstruksi yang menggunakan sistem struktur pendukung post dan lintel serta kubah.
  • mempunyai sifat-sifat patriotisme dan selalu ingin berkuasa, rasional tetapi lemah dalam berfantasi, tidak halus, tidak sensitif dan tidak kreatif. Karya bangunan mereka kebanyakan mengambil begitu saja dari motif-motif yang sudah ada yang dikembangkan oleh masyarakat Yunani.
  • Colonia, bagian dari bangsa Yunani. Dalam bidang arsitektur bangsa ini membawa konsep Arsitektur yang telah berkembang di Yunani dan dibawa ke dalam budaya membangun bangsa Romawi.
  • Katrago, Masyarakatnya dikenal sebagai nelayan. pelaut kejam, merupakan musuh bangsa Yunani.

Latar Belakang Kebudayaan

Kebudayaan Romawi terbentuk berdasarkan elemen-elemen yang diambil dari kebudayaan Yunani, kebudayaan Etruscan (engineering ability dan utiliter architecture) dan kebudayaan Syria. Penduduk asli Romawi adalah bangsa prajurit sejati yang suka berperang sehingga memiliki karakter yang kuat dan lebih mencurahkan perhatiannya pada pekerjaan, negara, dewa dan juga keluarga. Bangsa Romawi mempunyai disiplin dan ambisi yang tinggi terhadap kekayaan dan penguasaan terhadap bangsa lain. Beberapa hal yang dapat dibedakan atau lebih diunggulkan dengan bangsa lain yailu:

  • Organisasi dalam masyarakat dan negara telah terbentuk mulai dari rakyat biasa atau prajurit hingga pimpinan yang tertinggi (kaisar).
  • Asimilasi budaya berasal dari gabungan kebudayaan Yunani, Etruscan dan Syria. Namun dengan perpaduan kebudayaan tersebut muncul satu karakter atau sifat kebudayaan baru, yaitu kebudayaan Romawi.
  • Hubungan dengan masyarakat pendatang sangat toleran dan bersifat terbuka, terutama pedagang yang berasal dari sekitar kekuasaan Romawi. Selama penduduk pendatang mau mengikuti peraturan yang berlaku dan menguntungkan bagi kepentingan kerajaan Romawi hubungan pendatang dan pribumi sangat baik.
  • Bangsa Romawi  memiliki satu prinsip yang sangat ambisius dalam hidup. Pandangan merekaadalah hanya melalui prinsip kerja yang keras maka akan menghasilkan apapun yang diinginkan. Ambisi menguasai alam dan lingkungan akhirnya melahirkan satu keterampilan yang dominan dalam konsep teknik dan ruang.

Karakteristik Arsitektur Romawi

  • Kemampuan dalam teknologi bangunan lebih maju dari pada bangsa Yunani, seperti dalam pembuatan saluran air dan pembuatan konstruksi busur/lengkung.
  • Penafsiran terhadap makna kehidupan dari segi fungsi dan sistem struktur sosial sangat kompleks. Kondisi ini sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku, tata cara hidup dan termasuk dalam tata bangunan. Setiap aktifitas kehidupan dalam struktur social kemasyarakatan seringkali diperingati dengan upacara-upacara atau pesta-pesta besar.
  • Konsep penataan bangunan dan landscape perkotaan dirancang secara integratif. Perancangan bangunan selalu berorientasi kedalan skala yang lebih luas atau dalam skala kota demikian juga sebaliknya.
  • Konsep perancangan menekankan pada pengertian bahwa ruang merupakan media ekspresi arsitektural. pada skala kota dan interior.
  • Skala bangunan bersifat monumental atau mengutamakan kesan agung. Ekspresi arsitekturnya terungkapkan melalui peralihan artikulasi detail.
  • Bentuk arsitektur mengesankan keanggunan formal yang berorientasi birokratik, tersusun secara sistematik, praktis dan variatif dalam langgam.

Konsep Ruang

  • Ruang merupakan konkretisasi dimensi waktu dan tindakan, bukan keabadian atau keteraturan statis.
  • Ruang bersifat self-contained bukan merupakan batasan fisik belaka, karena itu harus dibentuk, diartikulasikan dan diaktifkan.
  • Karakter lingkungan spatial terpadu, tidak ditentukan oleh ikatan situasi geografis tertentu.
  • Artikulasi ruang merupakan kontinuitas, irama, variasi, keteraturan, dinamis, sekuens dan aksialitas

 

KOTA ZAMAN ROMAWI KUNO

Grid pattern juga digunakan pada zaman Romawi Kuno. Orang-orang Romawi memperkukuhkan budaya dan pengaruh Yunani Kuno, dan menyebarkannya ke seluruh kerajaannya yang memerintah selama lebih kurang 1000 tahun. Pelabuhan Roma, ibukota kerajaan Romawi dibangun dengan grid pattern dengan penampilan dua jalan raya utama yaitu ‘Cardo dan Decumanus’ sebagai ikon perencanaan bentuk pelabuhan tersebut. Cardo dan Decumanus merupakan dua jalan raya utama yang bersilang pada sudut tepat pada arah Utara-Selatan dan Timur-Barat yang dibangun di sepanjang bangunan-bangunan dan monumen-monumen utama dalam pelabuhan Roma. Bangunan-bangunan tersebut merupakan bangunan utama pusat-pusat pemerintahan. Pembangunan dua jalan raya tersebut memberi banyak keuntungan pada kerajaan Romawi. Jalan raya ini mengurangi kesesakan traffic di kompleks bangunan pusat pemerintahan kerajaan karena lebar dua jalan raya ini lebih besar daripada jalan-jalan lain.

Roma menggunakan skala monumental dan lebih mengutamakan proporsi, bukan menggunakan skala manusia seperti pada zaman Yunani Kuno. Gereja St. Peter digunakan sebagai axis kota. Dua jalan raya tersebut meningkatkan nilai fungsi bangunan kerajaan sebagai objek dan ruang yang terpenting dalam pelabuhan Roma dibandingkan dengan bangunan-bangunan biasa yang lain, menonjolkan ikon pelabuhan Roma sebagai sebuah ibukota dan pelabuhan pemerintahan dalam kerajaan Romawi. Sistem ini juga digunakan di pelabuhan-pelabuhan lain termasuk pelabuhan-pelabuhan di tanah jajahan. Pelabuhan-pelabuhan ini diperintah oleh gubernur-gubernur yang dilantik oleh kerajaan pusat. Kompleks bangunan kerajaan dibangun oleh gubernur-gubernur Romawi sebagai tempat urusan pemerintahan. Sistem ini melambangkan kekuatan dan kemegahan kekuasaan kerajaan Romawi di tanah-tanah jajahan di sepanjang pantai Lautan Mediteranian. Model perencanaan bentuk ini dikenali sebagai perencanaan bentuk pelabuhan castrum yang berasal dari lokasi militer laskar-laskar Romawi yang dapat dijumpai di beberapa pelabuhan dalam Kerajaan Romawi dari pelabuhan Timgad di Algeria, Afrika Utara hingga pelabuhan Silchester di Inggris, Eropah Utara.

Pelabuhan Timgad, Algeria merupakan sebuah pelabuhan Romawi Kuno yang dibangun berlandaskan perencanaan bentuk pelabuhan castrum (kemiliteran) berdasarkan sistem grid. Dua fraksi utama yaitu Cardo dan Decumanus bertemu pada satu ruang bangunan Forum.

1

KOTA KLASIK ( ROMAWI)

Penduduk memiliki motivasi hidup selian kemanan juga karena adanya kekuatan politik dan organisasi ciri-ciri perancangan kota era romawi yaitu :

  • Tidak lagi menggunakan skala manusia karena proporsi disini mengacu pada hubungan harmonis
  • Proporsi bangunan biasa menggunakan modular
  • Dalam perancangan kota juga menggunakan modul yang abstrak
  • Dalam suatu kota benteng merupakan suatu bangunan yang utama untuk dibangunan terlebih dahulu

2

KOTA KOLONIAL ROMAWI ATAU KOTA MILITER

Kota kolonial Romawi adalah sistem jalan-gridion yang di kelilingi dinding. Dinding  dibangun pertama kali, kemudian bangunan dibangun kemudian. Secara tradisional, permukaan tanah diratakan sebelum dibangun dinding, mungkin untuk membentuk pola kota yang seperti “garis lurus”.  Kota kolonial dengan menekankan pola jalan, memperkenalkan gagasan klasifikasi jalan mayor dan minor, yang dinamakan sumbu “cardo” dan “decomanus” yang membagi kota menjadi empat bagian. Sistem perancangan kota tersebut sederhana tetapi mempunyai pola yang terorganisir dengan baik untuk bangunan-bangunan di dalamnya. Tempat publik dibangun teater, arena dan pasar, yang terletak pada sumbu kota, tetapi hanya sebagai bagian dari wilayah kota dan menjadi bagian elemen kota. Gambar berikut merupakan ilustrasi tata letak kota Kolonial Romawi

3

Forum 

Forum (Latin: Forum, Italia: Foro) adalah pusat kehidupan publik Romawi sebagai tempat  prosesi kemenangan dan pemilihan, tempat untuk pidato publik dan inti urusan komersial, yang berbentuk sebuah persegi panjang dikelilingi oleh gedung-gedung pemerintah di pusat kota (Gambar 4).

4

Kota Romawi memiliki dua kategori pola Forum, yaitu: (1) tumbuh tidak terencana menuju  bentuk yang komplek, entitas organik dari waktu ke waktu; (2) dibangun terencana, setelah adanya penghancuran kota Roma tahun 336 SM. Melalui kekuasan kekaisaran, perencanaan yang teratur dan prinsip-prinsip urban diperkenalkan. Area baru dibangun seperti pembangunan Imperial Forum.

Evolusi Forum terdiri dari tiga fase. Fase pertama yaitu pertumbuhan yang tidak terencana dari Forum Romanum, akumulasi dari perkembangan bangunan sedikit demi sedikit  dan pembangunan monumen-monumen, pembongkaran dan pembangunan kembali. Fase kedua adalah ketika Kaisar Yulius Caesar dan Agustus mencoba membenahi situasi yang tidak teratur menjadi kota yang teratur dengan tidak secara radikal tetapi melalui tahapan rekonstruksi, bangunan baru dan bangunan tambahan. Bangunan ini disebut sebagai The Republican Forum, yang berfungsi sebagai pusat kota dan pusat niaga dan sebagai awal mula permukiman Romawi.

5

Biasanya Forum dibangun sepanjang sungai Tiber. Karena lahan yang relatif sempit, luas Forum hanya sekitar 2,5 atau 3 Ha yang berdempet-dempet berdekatan satu sama lain. Republican Forum merupakan kumpulan bangunan yang campur aduk yang membentuk ruang yang tidak teratur . Forum tersusun sebagai indivisual obyek dengan hubungan antar bangunan yang tidak formal.

6

Bangunan penting di  dalam Forum adalah bangunan senat atau “curia”. Adapun bangunan di Republican Forum merepresentasikan pembangunan kekuatan politik yang semakin meningkat. Peta Forum Romawi selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

7

Forum ketiga lebih lama, meliputi pembangunan pembangunan keseluruhan bangunan baru sebagai kumpulan Forum, diluar forum romanum. Forum imperial dirancang dengan menghargai bangunan sebelumnya yang menciptakan keteraturan secara total. The imperal Forum ( 27M-476M) merupakan perluasan dan Republicon Forum sepanjang periode kekaisaran romawi. Imperial Forum dibentuk dari alun-alun, rectilinear dan semicircular plaza, masing-masing dibentuk oleh kolom-kolom dan bangunan focial point, yaitu kuil atau basilica yang terletak diakhir ruang. Imperial forum mempunyai kejelasan artikulasi ruang dengan kerangka ruang yang teratur dibentuk oleh bangunan-bangunan.

8

The plateia (pλateίa) yunani kuno – alun-alun umum atau alun-alun kota adalah model digunakan sebagai dasar untuk Forum romawi. Dalam periode imperial gedung-gedung publik terbesar yang penuh sesak sekitar alun-alun pusat telah berkurang menjadi area terbuka yang berbentuk sebuah persegi panjang sekitar 130 X 50 meter, fungsi penting dari Forum baik Republic Forum atau Imperial Forum adalah untuk melayani sebagai tempat memuncak untuk prosesi militer pearayaan yang dikenal sebagai triumphs dan jamuan makan mewah publik pun terjadi di atas Forum. Gambar berikut adalah ilustrasi Imperial Forum yang berdampingan dengan Republican Forum.

9

Aquaduct

Sejalan dengan berkembangnya teknologi pembangunan pada zaman romawi, yang pada awalnya dari bahan natural (sangat tergantung bahan, sehingga bentukan yang terjadi memiliki kecenderungan kaku), berkembang menjadi bentuk yang lebih geometris, seperti bentuk arch ( busur lengkung ), vault dan dome. Bentukan ini diterapkan pada bangunan istina, gudang dan aquaduct. Aquaduct Adalah bangunan pada zaman romawi, yang mencirikan perkembangannya suatu sistem utilias pertama berupa tangki air untuk keperluan kota.

10

PERKEMBANGAN RUANG PUBLIK PADA MASA ROMAWI

Sementara itu di Romawi, tatanan bangunan sangat dipengaruhi oleh sistem pemerintahan yang unggul di militer. Pembuatan ruang-ruang sering muncul karena latar belakang strategi untuk menjebak musuh, seperti gerbang benteng (sistem castrum), salah satu ciri khas kota militer Romawi. Romawi juga terkenal dengan masyarakat kosmopolitan yang pertama, dimana pemerintahannya sangat memanjakan masyarakatnya dengan fasilitas baru, misalnya fasilitas olah raga, tempat pertemuan dan tempat hiburan. Sistem grid juga mulai dipakai seperti pola pemukiman berbentuk kuadran. Pada abad pertengahan,di Romawi timbul gejala dimana Gereja menjadi pusat kekuasaan. Dalam tatanan arsitektur, gereja sebagai bangunan utama (focal point), dan pemukiman penduduk berkembang di sekitarnya. Tanah pertanian pada umumnya berkembang di luar benteng. Benteng-benteng dibuat untuk keperluan pertahanan, sehingga polanya organis, tanpa pola hirarkhi yang jelas. Jalan pada umumnya sempit dan berbentuk lorong untuk menjebak musuh. Pertemuan lorong membentuk node, sebagai tempat warga beraktivitas. Ruang terbuka berupa halaman depan gereja yang disebut parvis, yang berguna sebagai tempat umat berkumpul. Hal ini merupakan kemunduran dari masa sebelumnya (periode klasik), yang telah mengenal public facility.

 

Karakteristik Kota Romawi

Terdiri dan jalur sirkulasi yang mempunyai sistem hirarki atau pembagian

  • Jenjang jalan terdiri dari : Jalan Arteri (Cardo) untuk kawasan pemerintahan yang menghubungkan jalur Utara-Selatan kota Roma, Jalan Kolektor (Decusmanus) untuk daerah Pemerintahan (Domain), Apartemen (Insule) dan Ruang Terbuka (Tempulum) yang menghubungkan jalur Timur-Barat,  Jalan lingkungan (Prinsipia) dan Lorong (Path) untuk hunian. Pada pertemuan jenis jalan tersebut dinamakan simpul (Nodes), biasanya diletakkan pintu-pintu gerbang (Triumphal-Arches). Jalur Utara-Selatan dan Timur-Barat diakhiri dengan empat benteng Kota. Citra kota menekankan pada aspek keteraturan  kosmik (Cosmik Order) dengan mengacu pada lata letak berskala besar dengan pola grideon. Citra spatial kota ini mempunyai sifat tidak berubah-ubah (non arbitrary), ortogonal, dan memasukkan unsurunsur ruang memusat, vertical dan berorientasi arah mata angina (Cardinal).
  • Pemisahan yang jelas antara daerah sekitar pemukiman (Periphery Bloks) dengan kawasan penghijauan taman kota/lanskap. Ruang-ruang kota mempunyai interaksi sistematik dengan bangunan di sekitarnya.
  • Fasade bangunan kota merupakan rangkaian (sequence) dan tipikal kolonade yang menampilkan efek perspektif meluas.

KESIMPULAN

Peradaban Romawi kuno tumbuh dari negara-kota Roma didirikan di Semenanjung Italia di sekitar abad ke-9 SM. Perabadan Romawi kuno di golongkan dalam klasik antik. Romawi Kuno menyumbangkan banyak kepada pengembangan hukum, perang, seni, literatur, arsitektur, dan bahasa dalam dunia Barat, dan sejarahnya terus memiliki pengaruh besar dalam dunia sekarang ini. bangsa Romawi mencetuskan kebudayaannya menjadi Internasionalisme Budaya (Cultur lnternationalism). Zaman Romawi kuno menggunakan skala monumental dan lebih mengutamakan proporsi.

Di Romawi, fasilitas publik yang berkembang adalah Forum, yang merupakan metamorfosa  dari bentuk Agora( yunani kuno ).Sarana ini dipergunakan oleh penguasa untuk mendemontrasikan kekuasaannya dihadapan masyarakat.  Forum dalam perkembangannya, didukung oleh tempat berkembang suatu pemukiman di sekitarnya. Pada akhirnya Forum berkembang sebagai pusat kegiatan beragama. Perkembangan daerah sekitar secara kosmologis terstruktur memusat ke Forum, sebagai penghormatan masyarakat kepada Pencipta dan penguasa.Arsitektur Romawi lebih mengutamakan fungsi (utilitarian), kontruksi bangunan dan suasana(grandeur).

DAFTAR PUSTAKA

Gosling, David & B. Maitland (1984). Concepts of Urban Design, St. Martin’s Press, New York.

Istiqomah, Gita Nur. DKK. 2014. Architecture Yunani Kuno.

Krier, Rob (1979). Urban Space. New York: Rizolli.

Mariana Yosica. 2011.Kompleksitas Ruang Publik (Public Space): Agora, Yunani Dan Forum, Romawi.  ComTech Vol.2 No. 2 Desember 2011: 1359-1371

Maulana, Annas. 2013. Sejarah Arsitektur: Arsitektur Klasik.

Moughtin, Cliff. (1992). Urban Design Street and Square. Oxford: Architectural Press.

Spreiregen, Paul. D (1965). The Architecture of Towns and Cities, McGraw-Hill Book Company, New York.

Urban Design. In Wikipedia. Diakes dari http://en.wikipedia.org/wiki/Urban_design

Link literatur

http://amarmarufzarkawi.blogspot.co.id/2012/11/peradaban-yunani-dan-romawi-kuno.html

http://faniurbandesigner.blogspot.co.id/2011/01/sejarah-perkembangan-kota.html

http://laksmanaana.blogspot.co.id/2013/04/sejarah-dan-perkembangan-kota_3.html

http://www.tutorialut.web.id/2015/04/sejarah-perkembangan-kota-dan_7.html

 


Actions

Information

Leave a comment