ABSTRAK
Ruang publik sebagai salah satu elemen perancangan kota mempunyai peran yang penting dalam pembentukan karakter kawasan. Alun-alun termasuk ruang publik yang dapat dijadikan sebagai ciri khas, keunikan, dan citra suatu kota. Alun-alun yang memiliki fungsi sebagai ruang publik, menerapkan prinsip perancangan ruang publik, maupun memiliki kualitas sebagai ruang publik dapat mencerminkan karakter kawasan yang kuat. Melihat pentingnya alun-alun sebagai ruang publik tersebut, maka Kota Kisaran menghadirkan alun-alun dengan penyediaan sarana dan prasarananya.
Keberadaan alun-alun kota sebagai ruang publik di Kota Kisaran masih belum dapat mewadahi aktivitas pengguna, sehingga terdapat beberapa pemanfaatan alun-alun yang tidak sesuai fungsinya. Dalam penelusuran di lapangan masih terdapat perpaduan aktivitas yang berada dalam satu titik seperti area parkir kenderaan yang juga digunakan untuk area senam, bersepeda, skateboard, dan sepatu roda. Kurangnya fasilitas dalam alun-alun Kota Kisaran menunjukan rendahnya kualitas ruang publik yang akan berpengaruh terhadap karakter kawasan pusat kota.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari pengaruh keberadaan alun-alun sebagai ruang publik terhadap karakter kawasan pusat kota di Kota Kisaran. Untuk mengetahui pengaruh tersebut, maka penelitian ini menggunakan paradigma Positivistik Rasionalistik yang didasarkan pada pendekatan kuantitatif dengan strategi deduktif dan metode pengumpulan data berupa studi literatur, survey lapangan, dan kuesioner. Metode analisis data dilakukan melalui uji statistik dengan uji regresi menggunakan program SPSS untuk tujuan pembuktian teori.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh keberadaan alun-alun sebagai ruang publik terhadap karakter kawasan pusat kota di Kota kisaran dan menjelaskan elemen-elemen pada alun-alun yang berperan besar dalam membentuk karakter kawasan pusat kota di Kota Kisaran.
ABSTRACT
Public space as an element of urban design has an important role in shaping the character of the area. Square including a public space that can be used as a characteristic, uniqueness, and the image of the city. The square has a function as a public space, applying the principles of designing public spaces, as well as having quality as a public space can reflect a strong character of the area. Seeing the importance of the square as the public spaces, than Kisaran City presenting the main square with the provision of facilities and infrastructure.
The existence of the town square as a public space in the Kisaran City still not able to accommodate the activities of the user, so there is some use of the square that does not fit its function. In the search field there is still a mix of activities that are within one point as a parking area for vehicles that are also used for gymnastics area, biking, skateboarding, and rollerblading. The lack of facilities in the town square Kisaran shows the low quality of public space that would affect the character of the downtown area.
The purpose of this study was to find the effect of the existence of the town square as a public space of the character of the downtown area in the Kisaran city. To know the effect, this study used Rationalistic positivistic paradigm that is based on a quantitative approach with deductive strategies and methods of data collection in the form of literature studies, field surveys, and questionnaires. Methods of data analysis is done through a statistical test by regression using SPSS for evidentiary purposes theory.
The results of this study show the effect of the existence of the town square as a public space of the character of the downtown area in the Kisaran city and describes the elements on the square that plays a major role in shaping the character of the downtown area in the Kisaran city.
Keywords: Square, Public Space, Character of The Area.
PENDAHULUAN
Peningkatan urbanisasi di perkotaan merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Menurut UNCHS (1996 dalam Woolley, 2005), hal ini dapat menimbulkan beberapa permasalahan perubahan lingkungan seperti penurunan kualitas lingkungan dan kesenjangan sosial. Pada tahun 2025 diperkirakan setengah dari populasi penduduk di dunia akan tinggal di perkotaan. Peningkatan populasi penduduk ini berimbas pada tingginya kebutuhan akan ruang di perkotaan, sehingga menjadikan lahan perkotaan menjadi aset ekonomis yang bisa berdampak pada berkurangnya kualitas dan kuantitas ruang publik. Sementara menurut Shirvani (1985), ruang publik merupakan salah satu elemen penting dari lingkungan perkotaan. Untuk itu diperlukan suatu pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas dan kuantitas ruang publik karena menurut Nasution and Zahrah (2014), berkurangnya kuantitas dan kualitas ruang publik merupakan masalah yang sangat serius di lingkungan perkotaan.
Menurut Darmawan (2003), alun-alun merupakan ruang publik sebagai taman di kawasan pusat kota yang sering digunakan untuk kegiatan formal seperti upacara peringatan hari nasional, kegiatan sosial, ekonomi maupun apresiasi budaya. Alun-alun merupakan area umum yang menjadi pusat keramaian suatu kota atau kabupaten. Di alun-alun biasanya warga melakukan aktivitas berolahraga, bermain, dan kegiatan formal pemerintah. Oleh karena itu keberadaan alun-alun dipandang penting dalam upaya membentuk karakter kawasan pusat kota agar kondisinya menjadi nyaman dan selalu dikunjungi masyarakat.
Karakter kawasan dapat dibentuk oleh kualitas ruang publik. Kualitas ruang publik berkaitan erat dengan kegunaan beberapa faktor terhadap kebutuhan dan persepsi masyarakat (Kallus, 2001). Oleh karena itu , maka pembentukan suatu karakter kawasan kota harus diikuti dengan peningkatan kualitas ruang publik kotanya. Kualitas ruang publik menurut Darmawan (2009) meliputi : faktor pencapaian, kenyamanan, fasilitas, pencitraan, sosial budaya, dan pengelolaan. Sementara menurut Carr et al (1992), kualitas ruang publik terdiri dari : responsive (tanggap) dengan mempertimbangkan kepentingan pengguna, democratic (demokratis) dengan melindungi hak pengguna, dan meaningful (bermakna) dengan adanya ikatan emosional antara ruang dengan kehidupan penggunanya.
Keberadaan alun-alun kota sebagai ruang publik di Kota Kisaran masih belum dapat mewadahi aktivitas pengguna, sehingga terdapat beberapa pemanfaatan alun-alun yang tidak sesuai fungsinya. Dalam penelusuran di lapangan masih terdapat perpaduan aktivitas yang berada dalam satu titik seperti area parkir kenderaan yang juga digunakan untuk area senam, bersepeda, skateboard, dan sepatu roda. Kurangnya fasilitas dalam alun-alun Kota Kisaran menunjukan rendahnya kualitas ruang publik yang akan berpengaruh terhadap karakter kawasan pusat kota.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka muncul suatu pertanyaan penelitian yaitu:
- Bagaimana pengaruh keberadaan alun-alun sebagai ruang publik terhadap karakter kawasan pusat kota?
- Apakah elemen-elemen pada Alun-Alun sebagai ruang publik yang membentuk karakter kawasan pusat Kota Kisaran?
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh keberadaan alun-alun sebagai ruang publik terhadap karakter kawasan pusat Kota di Kota Kisaran.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan paradigma Positivistik Rasionalistik yang didasarkan pada pendekatan kuantitatif dengan strategi deduktif dan metode survey melalui uji statistik untuk tujuan pembuktian teori. Dalam penelitian ini diungkapkan hipotesis yang akan di uji kebenarannya dan dilakukan pemaknaan berdasarkan teori yang digunakan. Teknik analisis statistik menggunakan analisis regresi untuk mendapatkan nilai pengaruh antara variabel ruang terbuka(X) yang terdiri dari sub variabel ekologis (X1), estetika (X2), sosial budaya (X3), balance (X4), Rhythm (X5), emphasis (X6), responsive (X7), democratic (X8), dan meaningful (X9) dengan karakter kawasan (Y) yang terdiri dari sub variabel identitas kawasan (Y1), struktur kawasan (Y2), Optic (Y3), place (Y4), dan content (Y5). Analisis dilakukan dengan menggunakan data hasil kuesioner yang diperoleh dari responden. Jumlah sampel diasumsikan dari jumlah populasi Kota Kisaran dengan menggunakan rumus Slovin dan diperoleh sampel sebagai responden sebanyak 100 orang.
KAJIAN TEORI
- Teori Ruang Publik
Ruang Publik merupakan suatu sistem kompleks berkaitan dengan segala bagian bangunan dan lingkungan alam yang dapat di akses dengan gratis oleh publik yang meliputi jalan, square, lapangan, ruang terbuka hijau, atau ruang privat yang memiliki keterbukaan aksesibilitas untuk publik (Carmona et al, 2004:10). Sedangkan menurut Budihardjo (2009), ruang publik merupakan ruang terbuka yang direncanakan karena kebutuhan tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Menurut Imansari dan Khadiyanta (2015), ruang terbuka hijau khususnya di perkotaan memiliki fungsi yang penting diantaranya terkait aspek ekologi, sosial budaya dan estetika.
Menurut Hakim (1987), prinsip perancangan merupakan dasar terwujudnya suatu ciptaan bentuk yang terdiri dari beberapa unsur atau elemen yang memiliki sifat dan karakter tersendiri. Untuk mendapatkan keteraturan dan kesatuan perlu diperhatikan beberapa hal antara lain: Keseimbangan (Balance), Irama (Rhythm), Penekanan (Emphasis).
Menurut Carr et al (1992:19) terdapat 3 (tiga) kualitas utama sebuah ruang publik, yaitu:
- Tanggap (responsive), berarti bahwa ruang tersebut dirancang dan dikelola dengan mempertimbangkan kepentingan para penggunanya.
- Demokratis (democratic), berarti bahwa hak para pengguna ruang publik tersebut terlindungi, pengguna ruang publik bebas berekspresi dalam ruang tersebut, namun tetap memiliki batasan tertentu karena dalam penggunaan ruang bersama perlu ada toleransi diantara para pengguna ruang.
- Bermakna (meaningful), berarti mencakup adanya ikatan emosional antara ruang tersebut dengan kehidupan para penggunanya.
- Teori Karakter Kawasan
Karakter merupakan ciri atau sifat dalam bentuk mental atau kualitas moral yang membedakan dengan yang lain untuk memberikan pemahaman tentang suatu identitas. Karakter kawasan kota terdiri dari dua macam yaitu : karakter fisik dan karakter non fisik. Susunan objek fisik dan aktivitas manusia yang membentuk lingkungan dan hubungan elemen-elemen didalamnya merupakan karakter yang terbesar dalam membentuk suatu karakter kawasan.
Menurut Lynch (1981), terdapat tiga komponen yang dimiliki citra kawasan yaitu:
- Identitas, yaitu ciri pola hubungan yang dapat membedakan dengan obyek lain. Identitas dapat menjelaskan bentuk fisik dan posisi / letak dari obyek fisik tertentu.
- Struktur, yaitu mencakup pola hubungan antara obyek dengan pengamat dan obyek dengan obyek lain dalam suatu kawasan.
- Makna, yaitu arti yang diberikan oleh obyek lingkungan terhadap pengamatan.
Karakter yang spesifik dapat membentuk suatu identitas yang merupakan pengenalan bentuk dan kualitas ruang kawasan perkotaan, secara umum disebut a sense of place. Identitas lingkungan dan a sence of place suatu kawasan harus dipertahankan untuk menghindari keseragaman yang monoton. Dalam hal ini, karakter merupakan jiwa, perwujudan watak baik secara fisik maupun non fisik dapat memberikan citra dan identitas kawasan (Lynch, 1981).
Ada 6 (enam) komponen yang berpengaruh terhadap pemaknaan struktur kawasan menurut Harris dan Howard (1970 dalam Rizka et.al, 2013), yaitu : (1) Lokasi kawasan, berhubungan terhadap jauh/dekat dan aksesibilitas yang sulit/mudah; (2) Keunggulan, berhubungan dengan elemen-elemen landmark oleh pengamat; (3) Aktifitas, berhubungan dengan aktifitas yang bersifat khusus pada suatu kawasan; (4) Titik simpul, berhubungan dengan titik simpul (node) aktifitas yang terjadi; (5) Tanda dan orientasi, berhubungan dengan penandaan terhadap lingkungan sebagai upaya mempermudah penempatan diri dalam suatu bagian kawasan; dan (6) Keterdekatan hubungan, berhubungan dengan hubungan yang cukup erat secara struktural maupun dengan latar belakang pembentukannya yang saling terkait.
Dalam menggambarkan karakter kawasan, sistem place dari suatu kawasan tidak dapat dipisahkan dari makna kawasan. Menurut Trancik (1986 dalam Rizka et.al, 2013), hakekat teori place adalah berusaha memahami budaya dan karakter manusia dalam pengertian sebuah makna ruang. Teori place lebih menekankan kepada faktor budaya dan sejarah. Menurut Gordon Cullen (1961 dalam Rizka et.al, 2013), lingkungan yang akan menghasilkan reaksi emosional dengan atau tanpa kemauan kita, maka kita harus berusaha memahami tiga cara yang menyebabkan peristiwa ini: (1) memperhatikan Optic, (2) memperhatikan Place, dan (3) memperhatikan Content (isi).
GAMBARAN UMUM
Secara administrasi Kota Kisaran merupakan ibukota Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah Kota Kisaran adalah 3.296 hektar. Kota Kisaran berada pada Kecamatan Kisaran Barat dengan batas wilayah: Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pulo Bandring, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kisaran Timur, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kisaran Timur dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Meranti.
Kota Kisaran merupakan kawasan pusat kota yang identik berupa pusat pemerintahan yang terdapat ruang publik kota berupa alun-alun dan hutan kota. Alun-alun dan hutan kota berada pada sisi jalan yang banyak dipakai masyarakat untuk berkumpul, berinteraksi, berolahraga, dan melakukan kegiatan-kegiatan bersama lainnya. Kawasan alun-alun berada bersebelahan dengan mesjid agung Ahmad Bakrie, Markas Kodam, rumah dinas bupati, dan Kantor Bupati Asahan.
Kawasan alun-alun Kota Kisaran berada pada pusat kota dengan lokasi yang strategis dan aksesibilitas tinggi. Kawasan pusat Kota Kisaran berfungsi sebagai pusat pemerintahan, pusat sosial budaya, dan permukiman. Berdasarkan Perda Kab. Asahan No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Perkotaan Kisaran BWK III dan BWK IV Ibukota Kabupaten Asahan Tahun 2001-2020, pengembangan fasilitas sosial wisata meliputi ruang terbuka berupa taman, hutan kota dan lapangan / alun-alun pada kelurahan Sidomukti, Sei Renggas, dan Dadimulyo. Alun-alun Kota Kisaran sebagai fasilitas rekreasi terbuka berbentuk lapangan olah raga dan taman yang dilengkapi dengan kolam yang direncanakan berada di lahan bekas perkebunan.
Alun-alun Kota Kisaran berdasarkan tipologi ruang publik termasuk kedalam bagian taman pusat kota (downtown parks) yang berada pada kawasan pusat kota, berbentuk lapangan hijau dengan dikelilingi pohon-pohon peneduh. Alun-alun juga merupakan area hijau Kota Kisaran yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan santai dan lokasinya berdekatan dengan area perkantoran, perdagangan, dan perumahan kota.
Adapun kedudukan alun-alun kota Kisaran dalam konstelasi kota dapat dilihat pada gambar berikut :
Dalam mendukung fungsi kawasan alun-alun terdapat beberapa fasilitas yang disediakan dalam kawasan. Fasilitas dalam kawasan menyebar kedalam beberapa titik seperti yang dijelaskan pada tabel sebaran fasilitas dibawah ini.
Pengguna ruang alun-alun kota adalah penduduk kota dan orang yang melintas pada kawasan. Penggunan terdiri dari semua lapisan masyarakat dan kelompok umur maupun pendidikan. Aktivitas pengguna pada umumnya berupa rekreasi (berjalan-jalan, melihat pemandangan, duduk-duduk, bersantai, menunggu maupun bermain) dan kegiatan berolahraga (jogging, jalan santai, sepak bola, bersepeda, badminton, dll). Aktivitas pengunjung pada alun-alun dapat dijabarkan dalam tabel berikut.
ANALISIS
- Karakteristik Responden
Berdasarkan perhitungan sampel diperoleh jumlah responden sebanyak 100 orang. Setelah dilakukan penyebaran kuesioner kepada 100 responden pada alun-alun Kota Kisaran, maka dapat disimpulkan karakteristik responden seperti disajikan pada tabel berikut.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas pengguna kawasan alun-alun Kota Kisaran adalah yang lokasi tempat tinggalnya jauh dari kawasan, memiliki jenis kelamin laki-laki, usia antara 18-25 tahun, pekerjaan pelajar, tingkat pendidikan SMA, frekuensi kedatangan jarang, datang ke lokasi dengan sepeda motor, datang bersama teman, tujuan kedatangan untuk rekreasi, dan memperoleh sumber informasi akan keberadaan alun-alun dari rekomendasi orang lain.
- Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas pada instrumen penelitian dilakukan untuk menguji apakah instrumen merupakan data yang tepat dan relevan sesuai dengan tujuan penelitian. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian tersebut merupakan data yang dapat dipercaya (reliabel) sesuai dengan tujuan penelitian yang dimaksud.
Pada uji validitas, hasil perhitungan atas sub variabel (Rhitung) dibandingkan dengan hasil perhitungan koefisien validitas (Rtabel) dengan signifikansi = 5 % dan N = 100 yaitu 0,196. Hasil uji validitas menunjukan Rhitung lebih besar dari Rtabel sehingga seluruh item pertanyaan pada kuesioner dinyatakan valid. Hasil uji validitas terhadap variabel ruang publik (X) dan karakter kawasan (Y) dapat dilihat pada tabel berikut.
Uji reliabilitas ini menggunakan program uji statistik SPSS for Windows versi 16. Menurut Nunnally (1967 dalam Ghozali 2005), suatu variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai Cronbachs Alpha > 0,6. Hasil analisis menunjukan semua variabel memiliki nilai alpha lebih besar dari 0,6 sehingga dianggap reliabel. Hasil uji reliabilitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
- Identifikasi Fungsi Alun-Alun
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif untuk mengidentifikasi fungsi alun-alun sebagai ruang publik yang dirasakan responden. Metode deskriptif pada suatu kumpulan data penelitian biasanya menggunakan nilai mean dari jumlah nilai keseluruhan responden dibagi jumlah responden. Berdasarkan analisis deskriptif ini, maka didapatkan perbandingan hasil tiap analisis untuk mengetahui indikator mana yang menonjol dan indikator mana yang tidak.
Fungsi tertinggi yang dirasakan pada alun-alun adalah fungsi sosial budaya yaitu sebagai tempat bermain dan berolahraga, tempat bersantai, dan tempat interaksi sosial. Selain itu fungsi yang sangat besar dirasakan oleh responden terhadap alun-alun sebagai ruang publik adalah fungsi ekologis dengan jumlah pepohonan yang cukup, memiliki taman dan lapangan, keragaman tanaman, serta fungsi estetika dengan indikator bahwa alun-alun menciptakan keindahan dan estetika lingkungan, dan pembentuk visual yang menarik. Sedangkan fungsi ruang publik yang masih kurang dirasakan oleh responden adalah fungsi ekologis dengan kurangnya saluran drainase, dan fungsi estetika dengan penyeimbang kepadatan bangunan, vegetasi tepi jalan, penghubung tempat, dan pembatas massa bangunan, serta fungsi sosial budaya sebagai tempat menunggu.
- Identifikasi Prinsip Perancangan Ruang Publik
Pada tabel berikut akan dijelaskan nilai modus dan mean dari jawaban responden terhadap variabel ruang publik dengan indikator prinsip perancangan ruang publik.
Bersadarkan tabel diatas, prinsip perancangan pada alun-alun yang banyak dirasakan yaitu penerapan prinsip balance dengan indikator keberadaan alun-alun Kota Kisaran dapat dirasakan sebagai ruang publik, prinsip rhythm dimana alun-alun memiliki bentuk yang mudah di ingat, dan prinsip emphasis dimana alun-alun memiliki bagian yang menarik berupa open stage berbentuk kerang. Sedangkan untuk prinsip perancangan yang kurang dirasakan adalah prinsip balance dimana bentuk simetri maupun bentuk dinamis kurang dirasakan oleh pengguna pada alun-alun, prinsip rhythm dimana alun-alun belum menjadi penghubung tempat pada kawasan, alun-alun dapat dilihat dan dirasakan, alun-alun seperti tempat yang terpisah dengan lingkungannya, dan pemakaian warna yang tidak serasi dengan lingkungannya.
- Identifikasi Kualitas Alun-Alun
Kualitas ruang publik pada alun-alun yang paling tinggi dirasakan adalah variabel democratic dengan indikator akses masuk mudah dan memiliki area parkir yang luas, semua kalangan masyarakat dapat menikmati alun-alun, dan kawasan dibagi beberapa zona. Selain itu variabel yang juga besar dirasakan adalah variabel responsif dengan indikator ketersediaan penerangan, ketersediaan taman, lokasi berada dekat dengan jalur lalu lintas, ketersediaan penjaga keamanan, dan dapat dinikmati dengan mudah. Untuk variabel meaningful yang besar dirasakan adalah alun-alun memiliki batas-batas yang jelas, alun-alun menjadi landmark kawasan, dan alun-alun digunakan untuk even penting seperti upacara.
Sementara yang masih dirasa kurang pada alun-alun adalah ketersediaan pelindung dari hujan dan panas matahari, ketersediaan tempat duduk, ketersediaan fasilitas makan dan minum, ketersediaan kelengkapan pedestrian, pedestrian yang terintegrasi ke beberapa tempat, dan kegiatan budaya dan kesenian.
Identifikasi kualitas alun-alun ini dapat dilihat pada tabel nilai modus dan mean variabel karakter kawasan dibawah ini.
- Analisis Karakter Kawasan Pusat Kota
Karakter kawasan yang kuat dirasakan oleh responden adalah pada identitas kawasan yang memiliki desain bentuk bangunan unik, makna dan simbol dimana kawasan aman dan nyaman untuk berkumpul dan berinteraksi, dan kawasan dimanfaatkan sebagai tempat interaksi, olahraga, bersantai, dan rekreasi. Karakter lain yang juga cukup besar dirasakan dengan keberadaan alun-alun sebagai ruang publik adalah variabel identitas kawasan dimana bangunan yang ada pada kawasan masih relatif baru, variabel struktur kawasan dimana terdapat akses yang mudah menuju kawasan, dan variabel makna dan simbol dimana kawasan menegaskan identitas sebagai ruang publik, dan pemandangan yang indah pada alun-alun mendukung kawasan pusat kota.
Sedangkan karakter kawasan yang masih dirasa kurang yaitu terdapat bangunan yang mendominasi kawasan, terdapat kegiatan kesejarahan, suasana kawasan yang berbeda dengan lainnya, keberadaan open stage sebagai landmark, kawasan sebagai titik pertemuan, penanda sebagai petunjuk orientasi, kawasan memiliki fasilitas yang mewadahi semua aktivitas pengguna dan pengaruh alun-alun terhadap citra kawasan.
Pada tabel berikut akan dijelaskan nilai modus dan mean dari jawaban responden terhadap variabel karakter kawasan pusat kota.
- Analisis Pengaruh Keberadaan Alun-Alun Sebagai Ruang Publik Terhadap Karakter Kawasan Pusat Kota di Kota Kisaran
Untuk mengetahui pengaruh alun-alun sebagai ruang publik terhadap karakter kawasan pusat kota di Kota Kisaran diperlukan proses analisis dengan menggunakan data yang valid dan reliabel. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi dengan ruang terbuka sebagai variabel independen (X) dan karakter kawasan sebagai variabel dependen (Y). Data hasil jawaban responden terhadap kuesioner kemudian diolah dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan hasil sebagai berikut.
Pada tabel menunjukkan nilai signifikansi hitung (0,000) < (0,05), maka HO ditolak dan Ha dapat diterima. Hal ini membuktikan adanya pengaruh variabel bebas (ruang publik) terhadap variabel terikat (karakter kawasan). Nilai R sebesar 0,686 menunjukkan bahwa pengaruh ruang publik terhadap karakter kawasan adalah positif kuat. Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai R2 sebesar 0,471 yang berarti bahwa sebesar 47,1 % ruang publik mempengaruhi karakter kawasan pada alun-alun Kota Kisaran sedangkan sebesar 52,9% dipengaruhi oleh faktor lain diluar dari model penelitian ini.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data statistik yang telah dilakukan, maka peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang dapat menjawab pertanyaan penelitian. Keberadaan alun-alun sebagai ruang publik berpengaruh terhadap karakter kawasan pusat kota di Kota Kisaran. Analisis regresi yang dilakukan menunjukkan bahwa keberadaan alun-alun sebagai ruang publik telah mempengaruhi karakter kawasan pusat kota di Kota Kisaran sebesar 41,7 %, sedangkan 52,9 % dipengaruhi oleh faktor lain diluar model penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis awal yang dikemukakan peneliti terbukti dan sesuai oleh hasil analisis data statistik tersebut.
Elemen-elemen pada alun-alun sebagai ruang publik yang besar pengaruhnya terhadap pembentukan karakter kawasan pusat kota di Kota Kisaran berdasarkan hasil analisis adalah :
- Lapangan hijau, sebagai tempat bermain dan berolahraga, serta even penting seperti upacara.
- Pedestrian, sebagai tempat berolahraga.
- Taman, sebagai tempat bermain, bersantai dan berinteraksi.
- Pepohonan dan tanaman, dimana memiliki jumlah yang cukup dan beragam.
- Open stage, bagian menarik sebagai pembentuk visual dan menciptakan keindahan serta estetika.
- Akses masuk, dekat dengan jalur lalu lintas sehingga mudah diakses dan mudah diingat sebagai ruang publik.
- Area parkir yang luas sehingga dapat dinikmati semua kalangan.
- Penerangan, menciptakan keindahan dan estetika kawasan pada malam hari.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2015. Asahan Dalam Angka 2015. Kisaran : BPS
Badan Pusat Statistik. 2015. Kisaran Barat Dalam Angka 2015. Kisaran : BPS
Budihardjo, Eko. 2009. Wawasan Lingkungan Dalam Pembangunan Perkotaan. Bandung : Penerbit Alumni.
Carmona, Mattew et al. 2004. Public Places Urban Spaces. UK : Architectural Press.
Carr, Stephen et al. 1992. Public Space. New York : Cambridge University Press
Darmawan, Edy. 2003. Teori dan Kajian Ruang Publik Kota. Semarang : Universitas Diponegoro.
_____________. 2009. Ruang Publik dalam Arsitektur Kota. Semarang : Universitas Diponegoro.
Hakim, Rustam. 1987. Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap. Jakarta : Bumi Aksara.
Imansari, Nadia dan Parfi Khadiyanta. 2015. “Penyediaan Hutan Kota dan Taman Kota sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Menurut Preferensi Masyarakat di Kawasan Pusat Kota Tangerang.” Jurnal Ruang, Vol. 1, No. 3, hal. 101-110.
Kallus, Rachel. 2001. “From Abstract to Concrete: Subjective Reading of Urban Space.” Journal of Urban Design, Vol. 6, No. 2, 129-150.
Lynch, Kevin. 1981. Good City Form. MIT Press Cambridge.
Nasution, Ahmad Delianur and Wahyuni Zahrah. 2014. “Community Perception on Public Open Space and Quality of Life in Medan, Indonesia.” Procedia – Social and Behavioral Sciences. Vol. 153, pp. 585–594
Rizka, Fadzilla et. Al. 2013. “Pengaruh Perubahan Fungsi Ruang Terbuka Publik di Kota Lama Semarang Terhadap Citra Kawasan.” TEKNIK. Vol. 34 (3), ISSN 0852-1697.
Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design Process. New York : Van Nostrand Reinhold Company.
Woolley, H. 2005. Urban Open Spaces. London : Spon Press.
[1] Mahasiswa Magister Pembangunan Wilayah dan Kota, UNDIP, Semarang
Email : antonsutresno59@gmail.com
Recent Comments